Aku baru saja selesai membaca novel ayat-ayat cinta nih, ceritanya keren banget, tapi paling aku suka adalah bagian saat tulisan suratnya seperti ini :
Untuk Kak Fahri
Yang sedang berbahagia
Bersama isterinya
Assalamu’alaikum wr. wb.
Kutulis surat ini dengan lelehan air mataku yang tiada berhenti dari detik
ke detik. Kutulis surat ini kala hati tiada lagi menahan nestapa yang menderadera
perihnya luar biasa. Kak Fahri, aku ini perempuan paling bodoh dan paling
malang di dunia. Bahwa mengandalkan orang lain sungguh tindakan paling
bodoh. Dan aku harus menelan kepahitan dan kegetiran tiada tara atas
kebodohanku itu. Kini aku didera penyesalan tiada habisnya. Semestinya aku
katakan sendiri perasaanku padamu. Dan apakah yang kini bisa kulakukan
kecuali menangisi kebodohanku sendiri. Aku berusaha membuang rasa cintaku
padamu jauh-jauh. Tapi sudah terlambat. Semestinya sejak semula aku bersikap
tegas, mencintaimu dan berterus terang lalu menikah atau tidak sama sekali. Aku
mencintaimu diam-diam selama berbulan-bulan, memeramnya dalam diri hingga
cinta itu mendarahdaging tanpa aku berani berterus terang. Dan ketika kau tahu
apa yang kurasa semuanya telah terlambat.
Kak Fahri,
Kini perempuan bodoh ini sedang berada dalam jurang penderitaannya
paling dalam. Dan jika ia tidak berterus terang maka ia akan menderita lebih
berat lagi. Perempuan bodoh ini ternyata tiada bisa membuang rasa cinta itu.
Membuangnya sama saja menarik seluruh jaringan sel dalam tubuhnya. Ia akan
binasa. Saat ini, Kak Fahri mungkin sedang dalam saat-saat paling bahagia,
namun perempuan bodoh ini berada dalam saat-saat paling menderita.
Kak Fahri,
Apakah tidak ada jalan bagi perempuan bodoh ini untuk mendapatkan
cintanya? Untuk keluar dari keperihan dan kepiluan hatinya. Bukankah ajaran
agama kita adalah ajaran penuh rahmah dan kasih sayang. Kak Fahri adalah
orang shalih dan isteri Kak Fahri yaitu Aisha adalah juga orang yang shalihah.
Bagi orang shalih semua yang tidak melanggar syariah adalah mudah.
Kak Fahri,
Sungguh maaf aku sampai hati menulis surat ini. Namun jika tidak maka
aku akan semakin menyesal dan menyesal. Bagi seorang perempuan jika ia telah
mencintai seorang pria. Maka pria itu adalah segalanya. Susah melupakan cinta
pertama apalagi yang telah menyumsum dalam tulangnya. Dan cintaku padamu
seperti itu adanya telah mendarah daging dan menyumsum dalam diriku. Jika
masih ada kesempatan mohon bukakanlah untukku untuk sedikit menghirup
manisnya hidup bersamamu. Aku tidak ingin yang melanggar syariat aku ingin
yang seiring dengan syariat. Kalian berdua orang shalih dan paham agama tentu
memahami masalah poligami. Apakah keadaan yang menimpaku tidak bisa
dimasukkan dalam keadaan darurat yang membolehkan poligami? Memang tidak
semua wanita bisa menerima poligami. Dan tenyata jika Aisha termasuk yang
tidak menerima poligami maka aku tidak akan menyalahkannya. Dan biarlah aku
mengikuti jejak puteri Zein dalam novel yang ditulis Syaikh Muhammad
Ramadhan Al Buthi yang membawa cintanya ke jalan sunyi, jalan orang-orang
sufi, setia pada yang dicintai sampai mati.
Wassalam,
Nurul Azkiya
Dan ini saat balasannya
Kepada
Nurul Azkiya
AYAT AYAT CINTA
Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
221
Cahaya orang-orang yang bersih hatinya
Di bumi perjuangan mulia
Assalamu’alaikum wa rahmatullah wa barakatuh
Saat menulis surat ini hatiku gerimis. Tiada henti kuberdoa semoga Allah
menyejukkan hatimu, menerangkan pikiranmu, membersihkan jiwamu, dan
mengangkat dirimu dari segala jenis penderitaan dan kepiluan.
Nurul,
Terima kasih atas suratnya. Aku sudah membacanya dengan seksama dan
aku memahami semua kata-kata yang kau tulis. Kalau kau merasa harus setia
pada cintamu. Maka aku merasa harus setia pada isteriku, pada belahan jiwaku.
Kalau kau memiliki anggapan poligami bisa menjadi jalan keluar dalam masalah
ini, bisa jadi ada benarnya. Poligami memang diperbolehkan oleh syariat, tapi
aku tidak mungkin menempuhnya. Aku perlu menjelaskan, di antara syarat yang
telah kami sepakati sebelum akad nikah adalah aku tidak akan memadu Aisha.
Aku sudah menyepakati syarat itu. Kau tentu tahu hukumnya, aku harus
menepatinya. Hukumnya wajib.
Nurul,
Dalam hidup ini, cinta bukan segalanya. Masih ada yang lebih penting
dari cinta. Sebenarnya jikalau kita bercinta maka seharusnya itu menjadi salah
satu pintu menjalankan ibadah. Janganlah terlalu kau turutkan perasaanmu.
Gunakanlah akal sehatmu, karena akal sehat adalah termasuk bagian dari
wahyu. Kau masih memiliki masa depan yang luar biasa cerahnya. Kau ditunggu
oleh ribuan generasi di tanah air. Jadilah kau seorang Nurul seperti sebelum
mengenalku. Nurul yang bersih dan bercahaya, seperti namanya Nurul Azkiya ,
Cahaya bagi orang-orang yang bersih hatinya.
Nurul,
Apakah kau sadar dengan apa yang kau lakukan saat ini? Dengan tetap
menuruti perasaanmu untuk menyesal dan membodoh-bodohkan diri kau telah
merusak dirimu sendiri. Ajaran agama kita yang hanif melarang manusia
membinasakan dirinya sendiri dengan cara dan alasan apa pun. Memasung diri
sampai menderita dengan alasan setia pada cinta adalah perbuatan yang tidak
seirama dengan sunnah nabi. Kau jangan salah tafsir pada novel yang ditulis
oleh Syaikh Muhammad Said Ramadhan Al Buthi. Dengan novel itu beliau ingin
menghibur dan menyejukkan orang-orang yang mereguk pahitnya cinta karena
kelaliman orang-orang yang tidak mengerti cinta. Beliau membela orang yang
semestinya dibela, dan mencela orang-orang lalim yang semestinya dicela.
Adapun Puteri Zein yang membawa cintanya sampai ke liang lahat itu bukan atas
kehendaknya. Berbeda dengan dirimu. Jika kau membawa cintamu sampai mati
maka itu atas kehendakmu, dan itu sama saja dengan bunuh diri.
Nurul,
Cinta sejati dua insan berbeda jenis adalah cinta yang terjalin setelah
akad nikah. Yaitu cinta kita pada pasangan hidup kita yang sah. Cinta sebelum
menikah adalah cinta semu yang tidak perlu disakralkan dan diagung-agungkan.
Nurul, dunia tidak selebar daun anggur. Masih ada jutaan orang shalih di dunia
ini yang belum menikah. Pilihlah salah satu, menikahlah dengan dia dan kau
akan mendapatkan cinta yang lebih indah dari yang pernah kau rasakan.
Terkadang, tanpa sengaja kita telah menyengsarakan orang lain. Itulah
yang mungkin kulakukan padamu. Maafkanlah aku. Semoga Allah masih terus
berkenan memberikan hidayah dan rahmatnya, juga maghfirahnya kepada kita
semua.
Wassalam,
Fahri Abdullah.
Akh keren banget deh pokoknya, rangkaian kata-katanya…..sungguh kena dihati, eh tunggu deh kayanya ada satu lagi nih, sebenarnya surat ini lebih dulu diceritakan pada awal, tetapi aku lebih suka terhadap surat diatas..
Kepada
Fahri bin Abdillah, seorang mahasiswa
dari Indonesia yang lembut hatinya dan berbudi mulia
Assalamu’alaikum warahmatullah wa barakatuh.
Kepadamu kukirimkan salam terindah, salam sejahtera para penghuni
surga. Salam yang harumnya melebihi kesturi, sejuknya melebihi embun pagi.
Salam hangat sehangat sinar mentari waktu dhuha. Salam suci sesuci air telaga
Kautsar yang jika direguk akan menghilangkan dahaga selama-lamanya. Salam
penghormatan, kasih dan cinta yang tiada pernah pudar dan berubah dalam
segala musim dan peristiwa.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Entah dari mana aku mulai dan menyusun kata-kata untuk
mengungkapkan segala sedu sedan dan perasaan yang ada di dalam dada. Saat
kau baca suratku ini anggaplah aku ada dihadapanmu dan menangis sambil
mencium telapak kakimu karena rasa terima kasihku padamu yang tiada taranya.
Wahai orang yang lembut hatinya,
AYAT AYAT CINTA
Novel Pembangun Jiwa—Habiburrahman Saerozi
121
Sejak aku kehilangan rasa aman dan kasih sayang serta merasa sendirian
tiada memiliki siapa-siapa kecuali Allah di dalam dada, kaulah orang yang
pertama datang memberikan rasa simpatimu dan kasih sayangmu. Aku tahu kau
telah menitikkan air mata untukku ketika orang-orang tidak menitikkan air mata
untukku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Ketika orang-orang di sekitarku nyaris hilang kepekaan mereka dan masa
bodoh dengan apa yang menimpa pada diriku karena mereka diselimuti rasa
bosan dan jengkel atas kejadian yang sering berulang menimpa diriku, kau tidak
hilang rasa pedulimu. Aku tidak memintamu untuk mengakui hal itu. Karena
orang ikhlas tidak akan pernah mau mengingat kebajikan yang telah
dilakukannya. Aku hanya ingin mengungkapkan apa yang saat ini kudera dalam
relung jiwa.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Malam itu aku mengira aku akan jadi gelandangan dan tidak memiliki
siapa-siapa. Aku nyaris putus asa. Aku nyaris mau mengetuk pintu neraka dan
menjual segala kehormatan diriku karena aku tiada kuat lagi menahan derita.
Ketika setan nyaris membalik keteguhan imanku, datanglah Maria menghibur
dengan segala kelembutan hatinya. Ia datang bagaikan malaikat Jibril
menurunkan hujan pada ladang-ladang yang sedang sekarat menanti kematian.
Di kamar Maria aku terharu akan ketulusan hatinya dan keberaniannya. Aku
ingin mencium telapak kakinya atas elusan lembut tangannya pada punggungku
yang sakit tiada tara. Namun apa yang terjadi Fahri?
Maria malah menangis dan memelukku erat-erat. Dengan jujur ia
menceritakan semuanya. Ia sama sekali tidak berani turun dan tidak berniat turun
malam itu. Ia telah menutup kedua telinganya dengan segala keributan yang
ditimbulkan oleh ayahku yang kejam itu. Dan datanglah permintaanmu melalui
sms kepada Maria agar berkenan turun menyeka air mata dukaku. Maria tidak
mau. Kau terus memaksanya. Maria tetap tidak mau. Kau mengatakan pada
Maria: ‘Kumohon tuturlah dan usaplah air mata. Aku menangis jika ada
perempuan menangis. Aku tidak tahan. Kumohon. Andaikan aku halal baginya
tentu aku akan turun mengusap air matanya dan membawanya ke tempat yang
jauh dari linangan air mata selama-lamanya. Maria tetap tidak mau.” Dia
menjawab: “Untuk yang ini jangan paksa aku, Fahri! Aku tidak bisa.” Kemudian
dengan nama Isa Al Masih kau memaksa Maria, kau katakan, “Kumohon, demi
rasa cintamu pada Al Masih.” Lalu Maria turun dan kau mengawasi dari jendela.
Aku tahu semua karena Maria membeberkan semua. Ia memperlihatkan semua
kata-katamu yang masih tersimpan dalam handphone-nya. Maria tidak mau aku
cium kakinya. Sebab menurut dia sebenarnya yang pantas aku cium kakinya dan
kubasahi dengan air mata haruku atas kemuliaan hatinya adalah kau. Sejak itu
aku tidak lagi merasa sendiri. Aku merasa ada orang yang menyayangiku. Aku
tidak sendirian di muka bumi ini.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Anggaplah saat ini aku sedang mencium kedua telapak kakimu dengan air
mata haruku. Kalau kau berkenan dan Tuhan mengizinkan aku ingin jadi abdi
dan budakmu dengan penuh rasa cinta. Menjadi abdi dan budak bagi orang
shaleh yang takut kepada Allah tiada jauh berbeda rasanya dengan menjadi
puteri di istana raja. Orang shaleh selalu memanusiakan manusia dan tidak akan
menzhaliminya. Saat ini aku masih dirundung kecemasan dan ketakutan jika
ayahku mencariku dan akhirnya menemukanku. Aku takut dijadikan santapan
serigala.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Sebenarnya aku merasa tiada pantas sedikit pun menuliskan ini semua.
Tapi rasa hormat dan cintaku padamu yang tiap detik semakin membesar di
dalam dada terus memaksanya dan aku tiada mampu menahannya. Aku
sebenarnya merasa tiada pantas mencintaimu tapi apa yang bisa dibuat oleh
makhluk dhaif seperti diriku.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Dalam hatiku, keinginanku sekarang ini adalah aku ingin halal bagimu.
Islam memang telah menghapus perbudakan, tapi demi rasa cintaku padamu
yang tiada terkira dalamnya terhunjam di dada aku ingin menjadi budakmu.
Budak yang halal bagimu, yang bisa kau seka air matanya, kau belai rambutnya
dan kau kecup keningnya. Aku tiada berani berharap lebih dari itu. Sangat tidak
pantas bagi gadis miskin yang nista seperti diriku berharap menjadi isterimu. Aku
merasa dengan itu aku akan menemukan hidup baru yang jauh dari cambukan,
makian, kecemasan, ketakutan dan kehinaan. Yang ada dalam benakku adalah
meninggalkan Mesir. Aku sangat mencintai Mesir tanah kelahiranku. Tapi aku
merasa tidak bisa hidup tenang dalam satu bumi dengan orang-orang yang
sangat membenciku dan selalu menginginkan kesengsaraan, kehancuran dan
kehinaan diriku. Meskipun saat ini aku berada di tempat yang tenang dan aman
di tengah keluarga Syaikh Ahmad, jauh dari ayah dan dua kakakku yang kejam,
tapi aku masih merasa selalu diintai bahaya. Aku takut mereka akan menemukan
diriku. Kau tentu tahu di Mesir ini angin dan tembok bisa berbicara.
Wahai orang yang lembut hatinya,
Apakah aku salah menulis ini semua? Segala yang saat ini menderu di
dalam dada dan jiwa. Sudah lama aku selalu menanggung nestapa. Hatiku selalu
kelam oleh penderitaan. Aku merasa kau datang dengan seberkas cahaya kasih
sayang. Belum pernah aku merasakan rasa cinta pada seseorang sekuat rasa
cintaku pada dirimu. Aku tidak ingin mengganggu dirimu dengan kenistaan katakataku
yang tertoreh dalam lembaran kertas ini. Jika ada yang bernuansa dosa
semoga Allah mengampuninya. Aku sudah siap seandainya aku harus terbakar
oleh panasnya api cinta yang pernah membakar Laila dan Majnun. Biarlah aku
jadi Laila yang mati karena kobaran cintanya, namun aku tidak berharap kau
jadi Majnun. Kau orang baik, orang baik selalu disertai Allah.
Doakan Allah mengampuni diriku. Maafkan atas kelancanganku.
Wassalamu’alaikum,
Yang dirundung nestapa,
Noura
Benar kan keren, bagi yang belum baca, baca deh kalau pengen lebih jelas ceritanya.