Minggu, 21 Juni 2015

Menjelaskan Tanpa Kata-Kata

Ada beberapa hal yang paling males gw lakukan, malas bukan berarti enggak yahh, kalau bisa gak dilakukan yah mending gak usah dilakukan yaitu menjelaskan sesuatu kepada orang yang sudah punya pemikiran sendiri.



contoh bro .. contoh bro ??

Ketika loe di tanya sama PENGANUT GARIS KERAS BUBUR AYAM TIDAK DIADUK sedangkan loe biasanya makan bubur di aduk dan gak punya alasan khusus?

kenapa kok buburnya diaduk emang lo kira tuh semen?
  ane suka makan kaya gini aja bro.

 "wah parah loe bro, bentuknya jadi gak jelas gitu .. parah bener parah loe ??"

LOE tau bro .. BUBUR AYAM TIDAK DIADUK itu ?



"Lo perhatiin stratanya, itu udah sempurna banget. Ketika lo menyendok itu bubur, yang lo dapet adalah rasa dari susunan yang hakiki. Buat apaan lagi diaduk? Bubur ayam bukan ketoprak, apalagi kopi. Diaduk hanya akan menghilangkan keindahan si bubur. Lo ngerusak seni!!!

Kalo kita tengok dengan kacamata sosial, bubur yang ada di bagian bawah dan berjumlah banyak merupakan gambaran kaum proletar; kelihatannya sepele tapi mereka adalah dasar kekuatan yang sesungguhnya.

Selanjutnya ada suwiran ayam, seledri, dan taburan kacang yang termasuk dalam middle class: mereka memberikan pengaruh cita rasa ke atas dan ke bawah. Akan tetapi walaupun penting, perlu dicatat bahwa keberadaan mereka bukanlah yang utama, bahkan bisa ditiadakan sama sekali kalau alam (baca: sang penikmat buryam) menghendakinya.

Terakhir pada bagian atas ada curahan kecap manis yang disambut oleh kerupuk, mereka adalah upper class, kaum fancy dalam hidup ini. Namun ingat, tidak akan ada kenikmatan yang tercipta jika kecap dan kerupuk ditaruh terlalu banyak. Secukupnya saja.

-sumber : kaskus.com-
"
Tapi Bro ? gak pake tapi-tapian JANGAN DI ADUK !!

Gw juga nemu alasan PENGANUT BUBUR AYAM DIADUK , ini sebenarnya bantahan dari alasan tersebut sih -kaskus ?



"
Istilah bubur tidak dapat di analogikan seperti strata kehidupan, Kalaupun harus dikaitkan dengan strata kehidupan maka ane pilih bubur yang di aduk..kenapa?

Berikut alasan singkatnya:

*Bubur yang tidak diaduk ibarat strata kehidupan yang memiliki peranannya masing2 dan seolah-olah tidak saling membutuhkan satu sama lain, Jika kalangan Atas (Kerupuk, Ayam, kecap, kacang, kaldu dkk) telah berhasil sampai tujuannya (perut) maka kalangan bawah (bubur) sering terlupakan (tidak habis) karna tidak ada dukungan dari kalangan atas.

*Bubur yang diaduk walaupun terlihat tidak sempurna namun mereka sangat terlihat membutuhkan satu sama lain sehingga menjadi keselarasan dari semua kalangan atas maupun bawah, Kalaupun ada yg tidak sampai tujuan (perut) Namun kalangan bawah tidak sendirian, tetap ada kebersamaan dari kalangan atas yang mau berbaur sehingga akan tetap selaras dalam sebuah kebersamaan.

 -sumber : kaskus.com-
"

Sebenarnya ini gw posting bukan mau ngomongin bubur di aduk atau tidak di aduk, tapi gimana kita jelasin apa yang kita lakukan / suka tanpa kata-kata yang bawa strata-strata segala atau istilahnya alasan panjang kali tinggi sama dengan luas gitu pokoknya ..

kaya gimana bro .. kaya gimana broo ...



Yang kok makan buburnya tidak di aduk .. ? TATAP MATA aku beb
ahh aku ngerti yang ..

atau


Yang kok makan buburnya di aduk .. kaya semen aja ? *ambil tangannya trus taruh didada
ini beb yang aku rasain kalau diaduk ..
ahh aku ngerti yang..

buat yang cowo jangan kaya gini .. enak entar :D



nah kan enak kalau gitu :D banyak masalah kadang kita jelaskan malah menimbulkan salah paham karena yang ditanyakan jawabannya sudah ada di pemikiran mereka sendiri

yahh seperti ketika ada yang nanya kenapa loe sok deket ama gue trus deket-deketin temen gw mau ngerebut temen gw lo ? mau niat jahat loe ? atau alasan lain-lain padahal kan niat cuma murni berteman atau loe ketemu mantan di tempat biasa makan siang trus pas mau keluar loe bareng dan cowo/cewe lo liat ?? atau lain-lainnya

Tapi bisakah kita menjelaskan tanpa kata-kata, lalu bisakah mereka mengerti bahkan dengan kata-katapun mereka tak memahaminya ..

ENTAHLAAHHH ....

Tidak ada komentar: